Oleh: Nico Kurnia Jati

Beragam cara dilakukan seorang pelestari budaya untuk tetap merawat naskah kuno sebagai warisan bagi generasi selanjutnya. Tim Koleksi, Konservasi, dan Restorasi Museum Sonobudyo, Yogyakarta, merawat manuskrip-manuskrip kuno. Mereka menggunakan peralatan modern dan zat-zat kimia agar naskah tidak mudah rusak tergerus usia.

 

Pekerjaan ini tidaklah mudah. Tim ini bertanggung jawab atas perawatan kertas yang sudah sangat ringkih dan lapuk karena berusia puluhan hingga ratusan tahun. Fajar, anggota tim, pernah me lakukan restorasi Manuskrip Kekawin Baratayuda yang diduga ditulis kurang lebih pada abad ke-9 dengan material daun lontar.

 

Salah satu material kertas tertua yang pernah digarap, yaitu naskah berumur ratusan tahun.

Berisikan Jumenengan Hamengku Buwono I setelah perjan jian Gianti yang diduga ditulis ketika mulai datang nya bangsa kolonial (Eropa) ke Indonesia.

 

Bangsa Eropa inilah yang mulai membawa dan memperkenalkan metode penulisan dengan menggunakan tinta dan kertas sebagai pengganti material daun lontar.

 

Salah satu naskah yang berhasil dirawat dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar bisa dibaca oleh khalayak adalah Serat Kawuruh Kembeng yang berisikan tata cara membuat rumah adat Jawa.

 

Semua naskah yang belum dialihbahasakan ter simpan dengan rapi di ruang penyimpanan dengan suhu -17? C. Naskah yang telah direstorasi kemudian didigitalisasi hingga dialihbahasakan, hingga proses pindai pada naskah untuk selanjutnya dipublikasi kan kepada masyarakat.

 

Masyarakat dapat meng akses melalui laman yang telah disediakan, lalu datang ke museum dan membaca copy atau softcopy dalam format PDF di komputer yang disediakan. Akses terhadap naskah asli dibatasi untuk menjaga kondisi naskah-naskah tersebut.

Yogi Ardhi

Redaktur

Foto: Nico Kurnia Jati

Lembaran

Kuno yang

terserak